ACEH TENGGARA, (11/11/2025) — Keikutsertaan Kafilah Kabupaten Aceh Tenggara dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-37 Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2025 di Kabupaten Pidie Jaya mencatatkan catatan positif yang membanggakan. Di tengah dinamika hasil keseluruhan yang belum mampu menempatkan kontingen pada posisi tertinggi klasemen, dua sosok muda tampil mencuri perhatian melalui prestasi memikat di cabang Hafalan 100 Hadits dengan Sanad.
Thayalis, peserta kategori putra asal Aceh Tenggara, menunjukkan kapasitas luar biasa dengan menyabet Juara II. Dengan nilai akhir 88, ia hanya terpaut tiga angka dari Juara I yang diraih oleh peserta asal Aceh Tamiang. Penampilan Thayalis dinilai istimewa, dengan kekuatan pada kejernihan suara, kefasihan dalam menyampaikan hadits, ketepatan sanad, serta ketenangan dalam pengucapan yang stabil dari awal hingga akhir. Pujian pun datang dari dewan hakim, menyebut penampilannya sebagai contoh pembinaan yang berhasil meskipun dilakukan di tengah keterbatasan.

Pada sisi lain, Mona Fitri, peserta dari kategori putri, juga mencatat prestasi mengesankan meski belum berhasil masuk jajaran tiga besar. Ia meraih peringkat Harapan I dari total peserta se-Aceh di cabang yang sama. Kemampuannya dalam menghafal hadits secara lancar dan pemahaman sanad yang kuat membuatnya mendapat penilaian menjanjikan dari dewan juri, sebagai peserta dengan prospek cerah untuk kompetisi-kompetisi ke depan.
Keputusan terhadap capaian mereka ditetapkan melalui Keputusan Dewan Hakim MTQ Aceh ke-37 Tahun 2025 Nomor: 02/Kep.DH/MTQ ACEH-XXXVII/2025. Keputusan tersebut bersifat final dan mengikat, merupakan hasil rangkaian proses penilaian ketat yang dilakukan melalui sidang pleno dewan hakim pada Jumat, 7 November 2025 di Pidie Jaya.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menyambut baik capaian dua putra-putri terbaiknya tersebut. Kepala Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Tenggara, M. Rasadi, menyebut bahwa keberhasilan Thayalis dan Mona Fitri merupakan hasil dari kerja kolektif banyak elemen, mulai dari pemerintah daerah, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), para pelatih, hingga masyarakat yang aktif mendorong tumbuhnya budaya cinta Al-Qur’an dan hadits.
“Capaian ini adalah hasil kerja keras bersama. Kami lakukan pembinaan secara bertahap dari bawah, mulai dari tingkat gampong, lalu dilanjutkan dengan seleksi dan pemusatan latihan di tingkat kabupaten. Ini bukti bahwa jika pembinaan dilakukan berkelanjutan dan disertai niat yang tulus, hasilnya akan terlihat,” ujar Rasadi.

Lebih lanjut, ia memastikan bahwa berbagai program penguatan pembinaan telah masuk dalam rancangan strategis pemerintah daerah untuk tahun-tahun mendatang, khususnya pada cabang-cabang keilmuan tinggi seperti hafalan hadits dan tafsir Al-Qur’an, yang menuntut kompetensi mendalam.
Bupati Aceh Tenggara H. M. Salim Fakhry, S.E., M.M., juga memberikan apresiasi atas prestasi keduanya. Ia menyebut bahwa capaian ini tak sebatas menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga simbol kebangkitan Aceh Tenggara dalam mencetak generasi Islami yang berilmu dan berakhlak.
“Saya bangga dan sangat mengapresiasi kerja keras peserta, para pelatih, serta seluruh tim yang terlibat. Ini menunjukkan bahwa anak-anak dari Aceh Tenggara memiliki potensi luar biasa jika dibina dengan baik. Pemerintah daerah tentu tak akan tinggal diam. Kita akan perkuat pembinaan ini agar cita-cita menjadikan Aceh Tenggara sebagai lumbung generasi Qur’ani bisa terwujud,” ujar Salim Fakhry.
Ia juga menegaskan bahwa keberhasilan ini menjadi dasar evaluasi untuk membawa pembinaan ke level lebih serius dan terarah, termasuk melalui sinergi lintas sektor dengan tokoh agama, pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya.
Ajang MTQ Aceh ke-37 sendiri berlangsung selama sepekan penuh dan diikuti oleh seluruh perwakilan kabupaten/kota di Aceh. Acara penutupan dilangsungkan pada Jumat malam, bertempat di Arena Utama MTQ Pidie Jaya, dan dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, S.E. Dalam sambutannya, ia memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang menampilkan perbaikan signifikan dalam semangat pembinaan Qur’ani, sebagai indikator kemajuan pembangunan karakter di tingkat daerah.
Penampilan Thayalis dan Mona Fitri menjadi bagian dari momen tersebut. Keduanya tampil menerima penghargaan dengan didampingi oleh pelatih dan perwakilan kontingen. Dalam senyum penuh syukur, keduanya dinilai telah menjadi representasi generasi Qur’ani dari Bumi Sepakat Segenep yang tumbuh melalui kesungguhan dan bimbingan yang konsisten.
Kehadiran mereka di panggung MTQ Aceh bukan hanya sekadar mengikuti lomba, tetapi telah membawa pesan bahwa pendidikan Islam tetap menjadi ruh utama kemajuan daerah. Capaian mereka diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi lainnya di berbagai kecamatan, termasuk daerah-daerah terpencil yang selama ini kurang terjangkau program pembinaan intensif.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara kini menatap ke depan dengan pendekatan yang lebih menyeluruh. Melalui perluasan program pembinaan Qur’ani yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, penguatan infrastruktur pendidikan keagamaan, serta peningkatan kapasitas pelatih di semua cabang, diharapkan kualitas peserta MTQ bukan hanya meningkat secara teknis, tetapi juga membawa misi dakwah dan moral yang lebih kuat.
Lebih dari sekadar kompetisi, MTQ telah menjadi ruang pemupukan nilai, akhlak, dan jati diri bagi generasi muda Aceh. Dan melalui langkah-langkah tulus dari putra-putri seperti Thayalis dan Mona Fitri, harapan bahwa Aceh Tenggara akan kembali berjaya dalam dunia keilmuan Islam bukanlah hal yang mustahil.
Dengan semangat membangun masyarakat Qur’ani yang religius, berdaya saing, dan cinta ilmu, Aceh Tenggara menatap masa depan dengan keyakinan. Prestasi di MTQ adalah jejak awal dari perjalanan panjang menuju cita-cita besar membumikan Al-Qur’an dan hadits dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Selama semangat ini terus hidup, kebangkitan dari Tenggara akan selalu menemukan jalannya.
(ZULKIFLI)



































