Medan
Jelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80 Tahun, Perserikatan Bangso Batak Sedunia (PBBD) mengajak semua orang-orang Batak agar tetap “bangga sebagai orang Batak” yang menghargai sejarah, adat budayanya dan harus mampu sebagai alat pemersatu bangsa.
Hal itu disampaikan Taulim P. Matondang, Ketua umum DPP PBBD dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan bangsa sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia.
Menurutnya, akhir-akhir ini semakin marak berkembang isu-isu atau statemen sejarah batak yang dibuat oleh pihak-pihak yang mungkin kurang memahami sejarah atau bahkan sebagai upaya pembelokan sejarah.
Pendapat atau statemen sejarah yang marak di media sosial saat ini, seolah-olah pendapat pribadi atau kelompok yang “malu disebut sebagai orang batak”
Memang, fenomena itu bukanlah hal baru di era ini. Karena masa penjajahan Belanda juga sudah muncul melalui politik “devide et impera” yang menyebut tidak ada batak. Tapi yang ada yaitu, par Silindung, par Toba, Barus, dan lain-lain yang identik menekankan daerah asal atau “daerahisme”.
Seiring perkembangan jaman, masuknya budaya-budaya luar, nampak ada kecenderungan pada generasi milenial batak, mulai meninggalkan budaya dan bahasa batak, bahkan ada yang tidak mau menyebut marganya.
Padahal, ciri-ciri batak adalah :
– punya marga
– punya bahasa sendiri yaitu bahasa batak
– punya aksara yaitu aksara batak
– punya adat dan budaya seperti “ulos batak” dan “dekke batak”.
Sedangkan daerah adalah wilayah pesebaran dan bermukimnya orang-orang batak dari daerah asal atau “bona pasogit”.
Daerah asal atau bona pasogit batak adalah pulau Samosir, Kecamatan Sianjurmula-mula. Mereka hijrah dari daerah asal, tentu ke wilayah-wilayah terdekat seperti, Toba atau Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Sipirok atau Tapanuli Selatan, Simalungun, Karo, Dairi, Pakpak bahkan sampai ke Aceh Tenggara.
Agar generasi penerus batak atau yang disebut generasi milenial dan generasi Z tidak kehilangan jatidiri sebagai batak, diharap kepada para orangtua tetap mengedukasi anak-anaknya tentang sejarah batak, dimulai dari marganya dan tetap memakai.
Selain memakai marga, perlu juga dijelaskan tentang kaitan dengan marga ibu, sehingga terjalin sistem kekerabatan dan Dalihan Na Tolu. Dengan demikian akan tertanam jiwa “bangga sebagai orang batak”. (F_01)