Sibolga – Sejumlah mantan narapidana yang baru bebas angkat bicara terkait pemberitaan yang menyudutkan Lapas Kelas IIB Sibolga soal dugaan peredaran narkoba dan praktik penipuan berkedok “lodes”.
Mereka membantah keras tudingan tersebut dan menyebut berita itu tidak berdasar alias *hoaks.*
“Saya tiga tahun menjalani hukuman di sana. Selama itu, saya tidak pernah melihat atau mendengar praktik seperti yang dituduhkan media. Tuduhan itu fitnah kejam,” ujar salah satu eks warga binaan yang enggan disebut namanya kepada wartawan, Junat (11/07/2025)
Ia mengaku terkejut sekaligus prihatin karena berita tersebut justru menyakiti perjuangan banyak pihak yang telah berupaya memperbaiki citra lembaga pemasyarakatan.
Menurutnya, kehidupan di dalam lapas Sibolga selama ini berlangsung tertib dan diisi dengan banyak kegiatan pembinaan.
Ia berharap media lebih bijak dan tidak mencari sensasi dengan menyebar informasi yang belum terverifikasi kebenarannya.
Ketua DPD Gerakan Anti Narkotika dan Zat Adiktif Nasional (GARNIZUN), H. Ardiansyah, S.H., M.H., melalui Humasnya, Aswani Hafit, juga menegaskan bahwa berita tersebut tidak benar.
“Kami justru mengapresiasi kinerja Kalapas Sibolga yang selama ini aktif melakukan pembinaan dan pengawasan ketat terhadap para warga binaan,” katanya.
Ia menilai, penyebaran isu miring semacam ini tidak hanya merusak reputasi institusi, tetapi juga menurunkan semangat para petugas dan warga binaan yang sedang berproses menuju perubahan.
“Hoaks seperti ini harus dilawan bersama. Jangan sampai publik tertipu dengan narasi yang disusun untuk menjatuhkan pihak tertentu,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua DPW Ikatan Media Online (IMO) Sumatera Utara, H. A. Nuar Rd, menyayangkan adanya media yang terkesan mengejar sensasi demi meningkatkan trafik pembaca, tanpa mempertimbangkan etika jurnalistik.
Ia menilai, media seharusnya menjadi penjernih informasi, bukan justru memperkeruh suasana dengan menyudutkan institusi resmi negara.
“Pemberitaan seperti itu tidak hanya mencemarkan nama baik Lapas Sibolga, tapi juga menciderai profesionalisme jurnalisme itu sendiri. Kami berharap media dapat kembali ke khitahnya sebagai pilar demokrasi yang berintegritas dan mengedepankan kebenaran,” tandasnya.(red)